(Terinspirasi dari kisah nyata seorang anak penjual koran yang mencari uang untuk biaya sekolahnya)
Suatu pagi yang cerah, aku terbangun dari tidur lelapku. Aku membuka jendela kamar dan begitu sejuknya udara pagi ini. Aku melihat banyak anak-anak yang memakai seragam sekolah mengingatkan aku pada masa dimana aku berpakaian merah putih hingga aku memakai seragam putih abu-abu. Setiap aku ingin berangkat sekolah aku selalu melihat seorang anak yang menatap ku seolah ada yang ingin dia sampaikan padaku, tapi aku menghiraukannya karena aku tidak mengenal siapa anak itu yang selalu ada dipagi hari didepan rumahku. Suatu ketika anak itu mengetuk pintu rumah ku, ayah ku bertanya pada ku apakah aku mengenal siapa anak itu? Anak itu menawarkan Koran yang di bawanya kepada ayahku. Ayahku bertanya kepada anak tersebut kenapa dia tidak sekolah? Kenapa dia harus menjadi seorang loper Koran bukan seperti anak-anak seusia dia yang bermain dengan teman-teman sebayanya? Lalu, tak lama ayah ku menyuruh anak tersebut untuk masuk kedalam rumah. Anak itu bercerita bahwa ia bekerja sebagai loper Koran untuk membiayai sekolahnya, jika ia tidak menjual Koran-korannya ia tidak mendapatkan uang. Selain itu, dia juga ingin membantu ibunya. Ia juga memiliki seorang adik yang masih SD. Saat aku mendengar cerita dari anak itu, aku berfikir bahwa kita harus bersyukyr atas nikmat dan rezeki yang telah kita dapatkan. Dia yang masih duduk dibangku SMP tidak malu dengan teman-temannya bahwa dia berjualan koran sebelum ia berangkat sekolah. Dengan semangatnya untuk dapat bersekolah ia merelakan masa kanak-kanaknya tidak seperti anak-anak lainnya yang dapat bermain dengan teman sebayanya. Setiap warga Negara Indonesia berhak mendapatkan hak-haknya untuk dapat memperoleh pendidikan sejak dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar